Pertama:
Menjawab seruan muadzin
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ
“Jika kalian mendengar panggilan (yakni: adzan-ed), maka hendaklah kalian ucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.” (HR. Muslim, no. 874, bersumber dari Abu Said al-Khudri)
Demikianlah Nabi kita mengatakan. Ya, jadi inilah yang hendaknya
engkau upayakan saat engkau mendengar suara muadzin mengumandangkan
adzan. Ya, hendaklah kalian ucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.
Kecuali, saat muadzin menyeru,
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ ...حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
“Marilah shalat…Marilah menuju kebahagiaan,”
maka ucapkanlah,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.”
Demikianlah yang diriwayatkan Abdullah bin al-Haris dari ayahnya, ia
berkata, “Bahwasannya Nabi seringkali mengucapkan seperti yang
diucapkan muadzin. Lalu, bila si muadzin mengumandangkan,
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
beliau mengucapkan,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, di dalam Mushannafnya, no.29775)
Kedua:
Bershalawat dan berdoa seusai mendengar muadzin mengumandangkan adzan
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ
صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِيَ
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengar muadzin (mengumandangkan adzan-ed),
maka hendaknya kalian ucapkan seperti yang diucapkannya. Kemudian,
bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya barangsiapa bershalawat kepadaku
sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali. Kemudian, mintalah
wasilah kepada Allah untukku. Sesungguhnya al-wasilah itu suatu manzilah di Surga yang tak layak ditempati melainkan oleh seorang hamba di
antara hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orangnya. Barangsiapa
meminta wasilah untukku niscaya ia mendapatkan syafaat” (HR. Muslim, no. 875 bersumber dari Abdullah bin Amr bin al-Ash)
Rasulullah juga bersabda, Barangsiapa seusai mendengar adzan ia mengucapkan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ
الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“‘Yaa Allah, Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan
shalat (wajib) yang didirikan. Berilah
al-Wasilah dan fadilah kepada Muhammad. Dan bangkitkan beliau hingga
bisa menempati maqam terpuji yang telah engkau janjikan.’ niscaya ia
mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat” (HR. al-Bukhari, no. 589 bersumber dari Jabir bin Abdullah)
Ketiga:
Berwudhu dari rumah
Nu’aim bin Abdullah al-Madaniy al-Mujmiriy pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan, “Barangsiapa berwudhu seraya memperbagus kualitas wudhunya kemudian ia keluar
sengaja untuk menunaikan shalat sesungguhnya ia dalam shalat sepanjang
ia secara sengaja keluar untuk melaksanakan shalat, ditulis untuknya
satu kebaikan atas salah satu langkah kakinya dan dihapus kejelekannya
atas langkah kakinya yang lain. Maka apabila salah seorang di antara
kalian mendengar iqamat dikumandangkan janganlah ia berjalan cepat
sesungguhnya yang paling besar pahalanya ialah yang jarak rumahnya
paling jauh. Mereka bertanya (kepada Abu Hurairah) mengapa demikian
wahai Abu Hurairah? Beliau menjawab, karena semakin banyaknya langkah
(kakinya)” (HR. Imam Malik di dalam al-Muwatha, no. 87)
Keempat:
Berdoa seusai wudhu
Rasulullah bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ
الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu lalu ia
menyempurnakannya kemudian ia mengucapkan, ‘Aku bersaksi, bahwa tidak
ada tuhan yang haq kecuali Allah, Ya Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’ melainkan akan dibukakan pintu-pintu surga yang berjumlah 8 buah, ia dipersilahkan
untuk memasukinya dari pintu mana saja yang ia kehendaki” (HR. Muslim) dalam riwayat at-Tirmidzi ada tambahan lafadz,
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Yaa Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang banyak bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang (yang senang) bersuci.” (HR. at-Tirmidzi, no.55 bersumber dari Umar bin al-Khaththab, Syaikh al-Albani berkata: Shahih)
Kelima:
Mengenakan pakaian yang indah
Allah berfirman,
يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid…” (QS. al-A’raf: 31)
Keenam:
Membaca doa saat hendak menuju ke masjid
Dari Abdullah bin Abbas bahwa ia pernah tidur di tempat Rasulullah. Beliau bangun lalu bersiwak dan berwudhu. Beliau membaca,
إِنَّ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِى الأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”(QS. Ali Imran: 190)
Beliau membaca ayat-ayat tersebut hingga akhir surat. Lalu, beliau
shalat dua rakaat. Beliau memperlama berdiri, rukuk dan sujud. Lalu,
beliau pergi kemudian tidur hingga kemudian, melakukan hal tersebut 3
kali, sebanyak 6 rakaat, setiap kali beliau hendak melakukan hal itu
beliau bersiwak terlebih dahulu dan berwudhu serta membaca ayat-ayat
ini. Kemudian, beliau shalat witir 3 rakaat. Tak lama kemudian,
terdengarlah suara adzan. Lalu, beliau segera keluar untuk menunaikan
shalat seraya memanjatkan doa,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِى قَلْبِى نُورًا وَفِى لِسَانِى نُورًا
وَاجْعَلْ فِى سَمْعِى نُورًا وَاجْعَلْ فِى بَصَرِى نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ
خَلْفِى نُورًا وَمِنْ أَمَامِى نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِى نُورًا
وَمِنْ تَحْتِى نُورًا. اللَّهُمَّ أَعْطِنِى نُورًا
“Yaa Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku,
cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari
belakangku, cahaya dari depanku, cahaya dari atasku, cahaya dari
bawahku. Yaa Allah, berilah aku cahaya” (HR. Muslim, no. 1835)
Ketujuh:
Berjalan dengan tenang
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ
وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا
أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
“Jika kalian mendengar iqamat, hendaklah kalian mendatangi
shalat dengan tenang dan sikap yang baik (seperti: merendahkan suara,
tidak menoleh kesana-kemari, dan menundukkan pandangan mata-ed), jangan
tergesa-gesa. Apa yang kalian dapati, maka shalatlah dan apa yang
terlewat, maka sempurnakanlah” (HR. al-Bukhari, No. 636).
Allahu A'lam bish shawab.
Penyusun : MOH. ARIF RAHMAN SARIFUDIN, A.Md
Menjawab seruan muadzin
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ
“Jika kalian mendengar panggilan (yakni: adzan-ed), maka hendaklah kalian ucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.” (HR. Muslim, no. 874, bersumber dari Abu Said al-Khudri)
Demikianlah Nabi kita mengatakan. Ya, jadi inilah yang hendaknya
engkau upayakan saat engkau mendengar suara muadzin mengumandangkan
adzan. Ya, hendaklah kalian ucapkan seperti yang diucapkan oleh muadzin.
Kecuali, saat muadzin menyeru,
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ ...حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
“Marilah shalat…Marilah menuju kebahagiaan,”
maka ucapkanlah,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.”
Demikianlah yang diriwayatkan Abdullah bin al-Haris dari ayahnya, ia
berkata, “Bahwasannya Nabi seringkali mengucapkan seperti yang
diucapkan muadzin. Lalu, bila si muadzin mengumandangkan,
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
beliau mengucapkan,
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, di dalam Mushannafnya, no.29775)
Kedua:
Bershalawat dan berdoa seusai mendengar muadzin mengumandangkan adzan
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ
صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِيَ
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengar muadzin (mengumandangkan adzan-ed),
maka hendaknya kalian ucapkan seperti yang diucapkannya. Kemudian,
bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya barangsiapa bershalawat kepadaku
sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya 10 kali. Kemudian, mintalah
wasilah kepada Allah untukku. Sesungguhnya al-wasilah itu suatu manzilah di Surga yang tak layak ditempati melainkan oleh seorang hamba di
antara hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orangnya. Barangsiapa
meminta wasilah untukku niscaya ia mendapatkan syafaat” (HR. Muslim, no. 875 bersumber dari Abdullah bin Amr bin al-Ash)
Rasulullah juga bersabda, Barangsiapa seusai mendengar adzan ia mengucapkan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ
الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“‘Yaa Allah, Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan
shalat (wajib) yang didirikan. Berilah
al-Wasilah dan fadilah kepada Muhammad. Dan bangkitkan beliau hingga
bisa menempati maqam terpuji yang telah engkau janjikan.’ niscaya ia
mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat” (HR. al-Bukhari, no. 589 bersumber dari Jabir bin Abdullah)
Ketiga:
Berwudhu dari rumah
Nu’aim bin Abdullah al-Madaniy al-Mujmiriy pernah mendengar Abu Hurairah mengatakan, “Barangsiapa berwudhu seraya memperbagus kualitas wudhunya kemudian ia keluar
sengaja untuk menunaikan shalat sesungguhnya ia dalam shalat sepanjang
ia secara sengaja keluar untuk melaksanakan shalat, ditulis untuknya
satu kebaikan atas salah satu langkah kakinya dan dihapus kejelekannya
atas langkah kakinya yang lain. Maka apabila salah seorang di antara
kalian mendengar iqamat dikumandangkan janganlah ia berjalan cepat
sesungguhnya yang paling besar pahalanya ialah yang jarak rumahnya
paling jauh. Mereka bertanya (kepada Abu Hurairah) mengapa demikian
wahai Abu Hurairah? Beliau menjawab, karena semakin banyaknya langkah
(kakinya)” (HR. Imam Malik di dalam al-Muwatha, no. 87)
Keempat:
Berdoa seusai wudhu
Rasulullah bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ
الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu lalu ia
menyempurnakannya kemudian ia mengucapkan, ‘Aku bersaksi, bahwa tidak
ada tuhan yang haq kecuali Allah, Ya Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya’ melainkan akan dibukakan pintu-pintu surga yang berjumlah 8 buah, ia dipersilahkan
untuk memasukinya dari pintu mana saja yang ia kehendaki” (HR. Muslim) dalam riwayat at-Tirmidzi ada tambahan lafadz,
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Yaa Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang banyak bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang (yang senang) bersuci.” (HR. at-Tirmidzi, no.55 bersumber dari Umar bin al-Khaththab, Syaikh al-Albani berkata: Shahih)
Kelima:
Mengenakan pakaian yang indah
Allah berfirman,
يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid…” (QS. al-A’raf: 31)
Keenam:
Membaca doa saat hendak menuju ke masjid
Dari Abdullah bin Abbas bahwa ia pernah tidur di tempat Rasulullah. Beliau bangun lalu bersiwak dan berwudhu. Beliau membaca,
إِنَّ فِى خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِى الأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”(QS. Ali Imran: 190)
Beliau membaca ayat-ayat tersebut hingga akhir surat. Lalu, beliau
shalat dua rakaat. Beliau memperlama berdiri, rukuk dan sujud. Lalu,
beliau pergi kemudian tidur hingga kemudian, melakukan hal tersebut 3
kali, sebanyak 6 rakaat, setiap kali beliau hendak melakukan hal itu
beliau bersiwak terlebih dahulu dan berwudhu serta membaca ayat-ayat
ini. Kemudian, beliau shalat witir 3 rakaat. Tak lama kemudian,
terdengarlah suara adzan. Lalu, beliau segera keluar untuk menunaikan
shalat seraya memanjatkan doa,
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِى قَلْبِى نُورًا وَفِى لِسَانِى نُورًا
وَاجْعَلْ فِى سَمْعِى نُورًا وَاجْعَلْ فِى بَصَرِى نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ
خَلْفِى نُورًا وَمِنْ أَمَامِى نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِى نُورًا
وَمِنْ تَحْتِى نُورًا. اللَّهُمَّ أَعْطِنِى نُورًا
“Yaa Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku,
cahaya di pendengaranku, cahaya di penglihatanku, cahaya dari
belakangku, cahaya dari depanku, cahaya dari atasku, cahaya dari
bawahku. Yaa Allah, berilah aku cahaya” (HR. Muslim, no. 1835)
Ketujuh:
Berjalan dengan tenang
Rasulullah bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ
وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ وَلَا تُسْرِعُوا فَمَا
أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
“Jika kalian mendengar iqamat, hendaklah kalian mendatangi
shalat dengan tenang dan sikap yang baik (seperti: merendahkan suara,
tidak menoleh kesana-kemari, dan menundukkan pandangan mata-ed), jangan
tergesa-gesa. Apa yang kalian dapati, maka shalatlah dan apa yang
terlewat, maka sempurnakanlah” (HR. al-Bukhari, No. 636).
Allahu A'lam bish shawab.
Penyusun : MOH. ARIF RAHMAN SARIFUDIN, A.Md