Rasulullah bersabda,
أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى
ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ
عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ وَوَاحِدَةٌ
فِى الْجَنَّةِ وَهِىَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang
sebelum kamu dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) terpecah menjadi 72
(tujuh puluh dua) golongan, dan sesungguhnya umat ini akan terpecah
menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan. (Adapun) yang tujuh puluh dua
akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga, yaitu
“al-Jama’ah.” (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain,
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang
aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. at-Tirmidzi)
Hadits di atas merupakan dalil bahwa hanya
ada satu golongan yang selamat, yang akan masuk Surga. Bagaimana keadaan
mereka? Ada beberapa ciri golongan yang selamat, yaitu;
sebagaimana telah dijelaskan di dalam hadits-hadits shahih. Beliau
memerintahkan umatnya agar berpegang teguh kepada keduanya,
تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ
اللَّهِ وَسُنَّتِي ، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ
الْحَوْضَ
“Aku tinggalkan padamu dua perkara, kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) kepada keduanya, yaitu
Kitabullah dan Sunnahku. Tidak akan bercerai-berai sehingga keduanya
menghantarkanku ke telaga (Surga).” (HR. al-Hakim dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahihul Jami).
Hal ini sebagai bentuk mengamalkan firman Allah, artinya, “…Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa’: 59).
Allah juga berfirman, artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’: 65).
janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Hujurat: 1).
Ibnu Abbas berkata, “Aku melihat mereka akan binasa. Aku mengatakan,
‘Nabi bersabda, sedang mereka mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar
berkata.’” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr).
(baik dalam masa sulit maupun lapang), menyembelih kurban, bernadzar,
bertawakkal, memutuskan segala perkara dengan hukum yang diturunkan oleh
Allah dan berbagai bentuk ibadah lainnya. Menjauhi dan membasmi
berbagai bentuk syirik dan segala simbol-simbolnya seperti yang banyak
ditemui di Negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi
tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan
jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak memberantas syirik dengan
segala bentuknya.
إِنَّ الإِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ ، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya
asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka
beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim).
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap manusia (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR. Ahmad).
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ
“Senantiasa ada segolongan dari umatku
yang memperjuangkan kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang
menghinakan mereka sehingga datang keputusan Allah.” (HR. Muslim).
pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat
yang bertentangan dengannya.
menjauhi sunnah Rasul dan para Sahabatnya.
Sedikit jumlah mereka di tengah banyaknya umat manusia.
طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ، فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللهِ ؟
قَالَ: أُنَاسٌ صَالِحُونَ،فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ،مَنْ يَعْصِيهِمْ
أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ
“Keuntungan besar bagi orang-orang yang asing,” lalu ada yang bertanya, ‘Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?’ Rasulullah bersabda, “Yaitu orang-orang shalih di lingkungan orang banyak yang berperangai buruk,
orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada orang yang menaatinya.” (HR. Ahmad).
Allah pun memuji mereka dengan firman-Nya, artinya, “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs. al-An’am: 112).
Contoh nyata terjadi pada Rasulullah ketika mengajak manusia kepada
tauhid, oleh kaumnya beliau dijuluki sebagai “tukang sihir lagi
pendusta.” Padahal sebelumnya mereka menjuluki beliau “ash-shadiqul amin”, yang jujur lagi terpercaya.
Demikianlah beberapa karakteristik golongan yang selamat yang akan
mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepada mereka berupa kenikmatan
Surga yang kekal abadi. (Redaksi)
[Sumber: Minhajul Firqah an-Najiyah wat Thaifah al-Manshurah, Muhammad bin Jamil Zainu. Edisi Indonesia, Jalan Golongan Yang Selamat,]
Penyusun : MOH. ARIF RAHMAN SARIFUDIN, A.Md
0 komentar:
Posting Komentar