Kamis, 13 Juni 2013

SEMARAKNYA DUNIA PERDUKUNAN

Dukun/paranormal di zaman sekarang ini semakin laris dan semakin mendapatkan tingkat pupularitas yang tinggi. Fungsi dan
peran mereka yang dulu ditutup - tutupi kini sengaja dibuka lebar-lebar. Kini mereka berani tampil di muka umum dan pasang iklan di media cetak
atau elektronik. Praktik paranormal/dukun kini sudah menjadi profesi. 


Gejala lari ke dukun, paranormal atau "orang pintar" kini semakin
mengakar kuat di setiap lini masyarakat. Entah berapa banyak pejabat,
pengusaha, kalangan profesional, intelektual dan rakyat biasa telah
menjadi konsumen atau pelanggan jasa perdukunan. Kondisi ini merupakan
lahan subur bagi dunia perdukunan dan paranormal. Mereka kian gencar
beriklan tentang kemampuan dan kesaktiannya yang disertai gelar atau
nama yang aneh, berbau magis dan terkadang nyeleneh. Mengapa dunia
perdukunan semakin subur? Ironisnya ini terjadi di masyarakat yang
mengaku religius dan agamis.

Maraknya perdukunan disebabkan, di antaranya:

        * Lemah iman dan kurangnya pemahaman agama.      Lemah iman (kurangnya keyakinan bahwa Allah adalah tempat meminta
segala keperluan) adalah faktor utama bagi seseorang untuk mencari
alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Meminta
pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat merupakan solusi Islami dan tepat untuk menyelesaikan masalah. Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar." (Al-Baqarah: 153).


        * Membungkus dunia perdukunan dengan agama. 
"Kami tak melakukan apa-apa, hanya berdoa kepada Allah, dan atas
ridhaNyalah doa kami itu terkabul", tutur seorang paranormal di sebuah
media. Ungkapan di atas dan semisalnya adalah ucapan klise yang sering
keluar dari mulut paranormal/dukun. Mereka berlindung di balik kata
"doa" dan nama "Allah" untuk mengelabui orang dan meyakinkan bahwa
kemampuan yang dimilikinya itu adalah pemberian dari Allah dan tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Untuk membantah syubhat (kerancuan)
ini, perhatikanlah firman Allah:
"Iblis menjawab, 'Demi kekuasaan (izzah) Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya'." (Shad: 82).

Iblis makhluk yang telah nyata kekafirannya kepada Allah
(Al-Baqarah: 24) menggunakan sifat Allah (Al-Izzah) dalam bersumpah.
Maka bukan suatu hal aneh jika mereka menggunakan nama Allah, membaca
(potongan) ayat-ayat Al-Qur'an sebagai mantera. Penggunaan simbol-simbol
 agama bukan ukuran kebenaran. Bukankah iblis yang menggunakan sifat
Allah ketika bersumpah tidak menjadi pembenaran bahwa ia sesungguhnya
tidak sesat dan menyesatkan. Selain itu, mereka mengatakan bahwa ilmu
yang diberikan berdasar pada agama (Al-Qur'an). Tapi pada saat yang
sama, mereka juga memberikan syarat, azimat dan amalan-amalan yang tidak
 sesuai dengan Al-Qur'an atau tidak diajarkan oleh Al-Qur'an.


        * Ajaran Sufisme 
Ajaran Sufisme mempunyai andil dalam memupuk mistikisme. Lipstik
agama yang membungkus ritual sufisme banyak mengelabui umat.
Cerita-cerita mistik tentang hal-hal ghaib -Allah, malaikat, jin dll-
banyak mewarnai ajaran mereka.


        * Animisme, dinamisme, sinkretisme 
Kepercayaan masyarakat yang suka mistik adalah sisa-sisa pengaruh
dari ajaran anismisme -kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami semua
benda-, dinamisme -kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai kekuatan
yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia-
kemudian ajaran Hindu (tentang roh dan dewa-dewi). ( Dr. Simuh ).
Termasuk budaya sinkretisme yang mencampuradukkan ajaran berbagai agama
untuk mencari penyesuaian (Prof. Kusnaka Adimihardja). Pergi ke Dukun/Paranormal 

Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, ada di
antaranya yang sudah diketahui dan ada pula yang belum. Berobat yang
sesuai syari'at dibolehkan menurut kesepakatan ulama. Tidak dibolehkan
mendatangi dukun/paranormal yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, untuk
 mengetahui penyakit yang diderita dan atau kebutuhan lainnya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Barangsiapa datang ke kahin (dukun), dan percaya apa yang ia
katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang telah
diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu
Daud).

Allah berfirman:
"(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka dia tidak
memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu." (Al-Jin: 26).

Para dukun/paranormal tidak mempunyai "kelebihan" melainkan dengan
cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin. Kumkum (berendam) di
pertemuan dua sungai, tapa (meditasi) di gua-gua, puasa, menyembelih
hewan dengan kriteria tertentu adalah sebagian bentuk dari penyembahan
jin. Pengobatan alternatif, pengisian ilmu kesaktian, susuk, azimat,
wafak, pengasihan dan lainnya dalam praktiknya banyak menggunakan jin
dan setan. Setiap praktik dukun/paranormal yang menggunakan syarat,
mahar, perantara dan mantera pantas dicurigai. Lewat syarat itulah,
apakah namanya susuk atau azimat, jin masuk dengan cara yang disadari
atau tidak disadari.

Pergi ke dukun/paranormal adalah awal dari rentetan kesusahan.
Menyelesaikan masalah dengan menambah masalah. Jin dan setan akan terus
menanamkan rasa takut, gelisah dan ketergantungan bagi para konsumen dan
 pengguna jasanya, yang menyebabkan ia tak akan lepas dari pengaruhnya.
Syarat-syarat yang beraneka ragam -dari yang tidak rutin atau rutin
dikerjakan pada waktu atau tempat tertentu- itulah bukti nyata kekuasaan
 jin atas konsumennya.

Allah berfirman :
"Dan bahwasanya ada beberapa orang di antara manusia meminta
perlindungan kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rahaq."
(Al-Jin: 6).
Arti rahaq menurut Qatadah ialah, dosa dan menambah
keberanian bagi jin pada manusia. Rahaq juga berarti ketakutan (Abul
Aliyah, Ar-Rabi', dan Zaid bin Aslam). Ketika jin tahu manusia minta
perlindungan karena takut pada mereka, maka jin menambahkan rasa takut
dan gelisah agar manusia semakin tambah takut dan selalu minta
perlindungan kepada mereka. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur'anil Azhim,
4/453).

Menjauhi Dukun/Paranormal 

Kandungan arti surat Al-Falaq dan An-Nas adalah bukti bahwa jin dan
setan dapat berbuat jahat terhadap manusia. Juga mengajarkan kita untuk
berlindung dan minta pertolongan dari hal-hal tersebut hanya kepada
Allah semata. Tindakan prefentif dengan berdzikir, berdoa sesuai
tuntutan agama perlu dilakukan sebelum terjadi.

Takhayul, sihir dan adu nasib memiliki lahan yang cocok untuk
berkembang dan tersebar pada lingkungan-lingkungan dan
masyarakat-masyarakat yang lemah di atas manhaj yang tidak bertujuan dan
 beragama dengan tidak benar. Gelombang sihir, takhayul dan
gejala-gejala sosial yang sakit dan ganjil disebabkan oleh jauhnya
manusia dari Allah (agamaNya), serta keterikatan dan ambisi mereka
terhadap dunia dan kenikmatan-kenikmatan materinya.

Kembali ke agama adalah jalan pertama dan terakhir agar terhindar
dari dunia perdukunan yang penuh kesesatan dan kebohongan. ( Asri Ibnu
Tsani)

Maraji': Koran Republika, 1 Agustus 1999, Risalah tentang Sihir dan Perdukunan, Syaikh Abdul Aziz, dll.

Penyusun : MOH. ARIF RAHMAN SARIFUDIN, A.Md

Bookmark and Share
Artikel yang berhubungan :


0 komentar:

Iklan

LazadaID

MULTI TAB 1

VIDEO

MULTI TAB 2

HTML

MULTI TAB 3

MULTI TAB 4

MULTI TAB 5



MULTI TAB 6

Postingan Populer

MULTI TAB 7

Kategori


MULTI TAB 9

Buku Tamu

MULTI TAB 10

Daftar Blog Saya

MULTI TAB 11




 
KEMBALI KEATAS
') }else{document.write('') } }